“The function of leadership is to produce more leaders, not more followers.” – Ralph Nader

Petang tadi, selepas sowan salat di waktu Magrib, rampung sudah sesi mengajar anak-anak bangsa di Sidoarjo. Tubuh mulai letih, pikiran mengendap pelan. Maka pulang menjadi keputusan terbaik. Menuju ruang inspirasi di rumah tercinta di Rungkut, Surabaya. Di sana telah menunggu secangkir kopi hangat dan playlist lagu-lagu lawas yang setia menemani malam. Di luar, rinai hujan turun perlahan. Udara basah, hati pun menjadi lebih pelan.

Diam. Menikmati. Meresapi. Lalu dalam batin menggema satu kalimat sederhana:

Tanggung jawab seorang pemimpin itu cuma dua: mengambil keputusan dan menginspirasi.

Sisanya? Delegasikan saja. Titik.

Diulang perlahan: mengambil keputusan dan menginspirasi. Entah dia Ketua RT, RW, Lurah, Camat, Bupati, Walikota, Gubernur, bahkan Presiden Prabowo sekalipun. Dua itu saja sudah cukup membuat sejarah—atau menghancurkan masa depan, jika gagal dilakukan.

Begitu tubuh masuk mode istirahat, jemari mulai menggulir layar ponsel. Seperti biasa, grup-grup WhatsApp menyajikan ragam celoteh: dari meme receh sampai unggahan yang menyentuh rasa. Lalu, muncul satu video pendek—tak sampai 30 detik—yang mengguncang jiwa. Isinya: anak-anak SD atau mungkin SMP, diguyur hujan, tetap semangat melangkah, diantar guru dan orang tua mereka ke kampus Universitas Brawijaya, Malang. Konon, kendaraan mereka mogok di Batu. Tapi perjalanan tak boleh berhenti.

Yang mengunggah adalah salah satu pentolan BMU UB. Tulisnya:
Mereka tetap lanjut, karena ada hal yang lebih besar dari kenyamanan: harapan.

Diam sejenak. Lalu mengetik pesan di grup itu:
“Bagaimanapun wong Tegal hari ini sudah menjadi seorang leader: bawa bendera BMU UB. Sentuhan, sapaan, dukungan, dan kehadiran Wong Tegal di mana pun saja, itu kerja kepemimpinan. Banyak mata yang menyoroti. Jadi tegak lurus, maju ke depan, bawa UB tambah harum.”

Jawaban yang muncul sungguh tulus:
“Dungo dinungo Om… mugi-mugi ono manfaate gae liyan.”

Kalimat itu menjadi bahan perenungan panjang malam ini dan jadi bahan tulisan. Ternyata benar. Tidak perlu menjadi Presiden untuk menjadi pemimpin. Kadang, cukup hadir. Cukup mendorong satu langkah kecil anak-anak itu menuju kampus perjuangan. Siapa yang tahu, mungkin satu dari mereka kelak jadi menteri, rektor, atau bahkan presiden.

Ingat kembali pada tokoh-tokoh besar dunia yang juga menjalankan dua tugas itu: mengambil keputusan dan menginspirasi.

Napoleon Bonaparte, dengan Code Napoléon-nya, menyusun ulang sistem hukum Eropa. Ia adalah ahli strategi, tapi juga inspirator kebangkitan Prancis.
Winston Churchill berdiri tegak saat Eropa tunduk pada Hitler. Pidatonya mengguncang: “We shall fight on the beaches…” dan Inggris tak pernah menyerah.
Gandhi tidak pernah menampar musuhnya, tapi dunia tunduk pada kekuatan cinta dan konsistensinya pada satyagraha.
Nelson Mandela, setelah keluar dari penjara selama 27 tahun, tidak membalas dendam. Ia memilih rekonsiliasi.
Sukarno memproklamasikan kemerdekaan dalam tekanan maut. Dengan berani. Dengan keyakinan penuh.
Lee Kuan Yew, seorang pemikir yang tegas, membawa Singapura dari rawa ke panggung dunia.

Apa benang merah dari semuanya? Keberanian mengambil keputusan yang tidak populer, dan kemampuan menginspirasi hingga puluhan tahun setelah mereka tiada.

Kembali pada anak-anak Bojonegoro. Dari satu perjalanan basah itu, lahir puluhan percik mimpi. Mimpi tentang kuliah, tentang perubahan hidup, tentang masa depan. Semua itu dimulai bukan oleh seminar, bukan oleh grand strategy, tetapi dari kerja kepemimpinan yang diam-diam: mendampingi, mengantar, dan mendorong.

Pemimpin bukan hanya tentang jabatan, bukan tentang kemampuan memberi perintah. Pemimpin adalah mereka yang berani memilih yang benar, bukan yang mudah.

Dua tugas itu cukup.
Ambil keputusan.
Beri inspirasi.

Sisanya? Biarlah alam semesta yang bekerja. Biarlah kehidupan yang mencatat. Dan biarlah para generasi penerus nanti yang menyebut nama dalam syukur atau sebaliknya—tergantung seberapa benar langkah yang diambil hari ini.

AAS, 11 Mei 2025
Ruang Inspirasi Rumah Rungkut Surabaya

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *